DYMM King of Great Britain: George V (George Frederick Ernest Albert; 3 June 1865 – 20 January 1936) menurut wiki adalah diperakui dan tersenarai dalam golongan Freemason sedunia.
--------------------------------------------------
"Education aims at independence of judgement. Propaganda offers ready-made opinion for the unthinking herd."
DYMM King of Great Britain: George V (George Frederick Ernest Albert; 3 June 1865 – 20 January 1936) menurut wiki adalah diperakui dan tersenarai dalam golongan Freemason sedunia.
--------------------------------------------------
Penulis ingin mengambil kesempatan ini untuk mengucapkan selamat menyambut Hari Raya Korban pada semua pembaca budiman dan pengunjung blog ini. Semoga Allah memberkati usaha kita selama ini, bersama-sama mengembalikan sejarah realiti umat Islam Nusantara, Tanah Jawi dan khasnya di Semenanjung Melaka. Lupakan perbezaan, cari persamaan. InsyaAllah.
MUSEUM MASJID AGUNG DEMAK
Sesuai dengan namanya, Museum Masjid Agung Demak terletak di dalam kompleks Masjid Agung Demak dalam lingkungan alun-alun kota Demak.
Di museum ini utamanya disimpan bagian-bagian soko guru yang rusak (sokoguru Sunan Kalijaga, sokoguru Sunan Bonang, sokoguru Sunan Gunungjati, sokoguru Sunan Ampel), sirap, kentongan dan bedug peninggalan para wali, dua buah gentong (tempayan besar) dari Dinasti Ming hadiah dari Putri Campa abad XIV, pintu bledeg buatan Ki Ageng Selo yang merupakan condrosengkolo berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani yang berarti angka tahun 1388 Saka atau 1466M atau 887H (zaman Khalifah Abassiah) , foto-foto Masjid Agung Demak tempo dulu, lampu-lampu dan peralatan rumah tangga dari kristal dan kaca hadiah dari PB I tahun 1710 M, kitab suci Al-Qur’an 30 juz tulisan tangan, maket masjid Demak tahun 1845 – 1864 M, beberapa prasasti kayu memuat angka tahun 1344 Saka, kayu tiang tatal buatan Sunan Kalijaga, lampu robyong masjid Demak yang dipakai tahun 1923 – 1936 M.
Museum ini buka tiap hari dari Senin hingga Minggu jam kerja (08.00-16.00) dengan mengisi kas untuk pemeliharaan koleksi secara sukarela.
Koleksi peninggalan para wali berupa bedug dan kentongan (kiri dan tengah), dan gentong dari dinasti Ming hadiah Putri Campa (kanan). Lihat sini
source: http://www.museumronggowarsito.org/indonesia/jtg/jtg.asp?isi=pati_masjid
---------------------------------------------------
Nota Penulis:
"Hah naga? Ada naga dipintu masjid Demak. Ditangkapnya petir lalu ditampalnya ke pintu masjid. Selang tiga hari timbul kepala naga". Begitulah kisah yang diceritakan oleh 'waris' Sunan Kalijogo yang sempat penulis temubual tempoh hari.
Untuk mendapatkan bukti, lihat sahaja cerita dari museum dan gambar diatas. Persoalannya, jika kita abaikan cerita 'petir' tersebut jika pun tidak masuk akal, kenapa pula wali songo menggunakan naga sebagai motif dipintu masjid Demak? Bukankah naga itu binatang tahyul? Siapa pula kita hendak kritik wali songo?
*Ilmu menangkap petir ini memang ada, tetapi kena puasa pemutih (pati geni) dan mengikut syarat2nya yang tertentu...para wali songo pun handal bersilat.
-------------------------------------------
Antara masjid yang mempunyai seni bina yang sama adalah Masjid Demak (Jawa), Masjid Kg.Laut (Nilam Puri, Kelantan) dan juga Masjid Tengkera (Melaka). Pengaruh dari manakah senibinanya itu? Masjid Al Taqwa di Pekan Pahang juga pada asalnya mengambil contoh ketiga-tiga masjid di atas sebelum dirobohkan di ganti banggunan baru seperti hari ini. (malangnya penulis tiada foto untuk membuktikan)
-----------------------------------------
Pengaruh China dalam pembikan Masjid Demak tidak dapat dinafikan?
Updated 01022009:
Muljana writes, from the basis of these sources, that Raden Rahmad, or Sunan Ampel -- a Javanese ruler and nobleman -- who lived in the mid-15th century, was a migrant from Yunnan province, China. His real name was Bong Swi Hoo and he was the grandson of Bong Tak Keng, the highest ruler of Campa.
In 1447, Sunan Ampel apparently married a woman of Chinese origin called Ni Gede Manila. Her Chinese father, Gan Eng Cu, was formerly a captain in Manila and was transferred to Tuban in 1423. From this marriage, Sunan Bonang was born, ""Bonang"" being a derivative of the Chinese name ""Bong Ang"".
Another of Gan Eng Cu's sons was Gan Si Cang, who became a captain in Semarang. In 1481, Gan Si Cang headed the construction of Demak mosque, employing carpenters from the Semarang dockyards.
Muljana believes that Sunan Kalijaga, who was known in his youth as Raden Said, was none other than Gan Si Cang. Meanwhile, Sunan Gunung Jati, or Syarif Hidayatullah, said Muljana, was Toh Bo, the son of Tung Ka Lo, aka Sultan Trenggana.
Copyright © T H E . M A L A Y . P R E S S Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger