"Education aims at independence of judgement. Propaganda offers ready-made opinion for the unthinking herd."
THEMALAYPRESS - FIKIR DENGAN KRITIS | TERUS MELANGKAH LEBIH JAUH.

Assalamu'alaikum wbt dan salam sejahtera. Terima kasih kepada para pembaca yang masih setia mengikuti blog ini!
~ MOHAB (Blog layout versi 1 September 2014 - 17.07.2014 - 19 Ramadhan 1435)

Rabu, Jun 26, 2013

Hulago Khan Monggol Syiah?

0 comments
Adalah tidak adil jika kita melihat sejarah dari satu sudut sahaja. Lebih-lebih lagi sejarah yang melibatkan kejatuhan sebuah empayar Islam contohnya.

Maka dahulunya telah kami paparkan bahawa Monggol itu adalah Islam dan kami sertakan sekali matawangnya dengan kalimah Allah dari sumber Pakistan, sebagai bukti lunaknya Monggol.

Kami pasti para pembaca amat marah dengan kami mungkin "sampai sumpahan berapi tahap dewa blackbelt kaler biru" dengan hal itu kerana rata-rata ahli sejarah Islam mengatakan Monggol kejam dan bengis tidak berperikemanusian.

Tidak mengapa, untuk berlaku adil, kali ini kami datang dengan kanta pembesar untuk melihat siapa sebenarnya Monggol yang dikatakan Islam itu dan siapa pula dalang disebaliknya.  

Sungguh dramatik kisah sejarah realiti kali ini.

Fikir dengan kritis:


Pertama: Pengkhianatan yang dilakukan oleh Abu Lu’luah Al-Majusi dengan membunuh Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Kaum Syiah menjulukinya dengan “Baba Syuja'uddin”(sang pembela agama yang gagah berani). Kuburannya di Iran dikunjungi dan dihormati oleh kaum Syiah. Bahkan para ulama syiah berdoa, “Ya Allah kumpulkan kami di akherat kelak bersama Abu Lu’lulah”. 

Dr. Akram Dhiya’ Al Umari mengkisahkan,“Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, umat Islam berhasil menaklukan Persia, Romawi, Bulan Sabit Subur (Fortile Caesent) (Mesopotamia, Suriah-Palestina) dan Mesir. Umat Islam juga berhasil menjadikan Kufah, Bashrah dan Fusthat sebagai pusat kota. Demikianlah, Islam terus berekspansi sampai akhirnya Khalifah Umar dibunuh oleh Abu Lu’lu’ah Al-Majusi, budak dari Mughirah bin Syu’bah, ketika beliau sedang mengimami shalat Shubuh pada malam Rabu bulan Dzulhijjah tahun ke-23 hijriyah. Khalifah meninggal setelah memerintah selama 10 tahun 6 bulan radhiyallahu 'anhu.”

Kedua: Pengkhianatan Abdullah bin Saba’. Ia adalah orang yang pertama kali mendirikan Syiah. Para ulama Syiah, sebagaimana dikatakan oleh mantan tokoh Syiah Sayyid Husen Al Musawi dalam bukunya Lillah tsumma Lit Tarikh, mengakui bahwa Abdullah bin Saba’ adalah pendiri syiah. Pengakuan ini ada dalam lebih dari 20 buku referensi Syiah.

Abdullah bin Saba’ adalah Yahudi yang berpura-pura masuk Islam dan menebarkan fitnah di kalangan masyarakat awam agar memberontak kepada Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu pada tahun ke-34 Hijriah. Satu tahun kemudian, yaitu pada tahun ke-35 Hijriah, ribuan orang dengan alasan melaksanakan haji, datang ke Madinah dan mengepung rumah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu selama 40 hari dan melarang shalat di masjid. Sampai akhirnya mereka membunuh Khalifah Utsman radhiyallahu anhu.

Ketiga: Pengkhianatan pengikut Syiah dengan membunuh Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husain radhiyallahu anhuma. Ketika Hasan dan Husain akan pergi ke Khufah, Muhammad bin Ali bin Abi Thalib menasehatinya agar tidak pergi ke Kufah dengan berkata, “Saudaraku, engkau telah mengetahui bahwa penduduk Kufah mengkhianati Ayahmu (Ali) dan Saudaramu (Hasan). Saya takut keadaanmu akan seperti keadaan orang-orang yang telah berlalu (pergi ke Kufah).” (Al-Luhuf, Ibnu Thawus hlm 39, dan Asyura, Al-Ihsa, hlm. 110).

Dalam kitab Man Qatala Husain (Siapa Pembunuh Husain) karangan Abdullah bin Abdul Aziz dipaparkan secara rinci siapa yang sebenarnya membunuh Sayyidina Husain radhiyallahu anhu. Bahwa, ternyata pembunuhnya adalah orang Syiah sendiri yaitu Sanan bin Anas An-Nakhai dan Syammar bin Dzil Jusyan yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziyad.

Dalam kitab Taarikh Abil Fida’ Al Musamma Al-Mukhtashar fi Akhbaril Basyar Juz 1 hlm. 265 jelas sekali kronologis terbunuhnya Imam Husain oleh kaum Syiah sendiri yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziyad yang sebelumnya merupakan tentara di pasukan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu (148 H – 193 H/786 M – 842 M).

Keempat: Pengkhianatan Ali bin Yaqtin pada masa Harun Al-Rasyid yang telah merobohkan penjara yang dihuni oleh 500 narapidana kemudian dia mengirim surat kepada Imam Al-Kadzim (Imam Syiah) menanyakan hal itu dan dijawab, "Bila kamu bertanya sebelum peristiwa itu terjadi maka darah mereka tidak masalah (tidak berdosa), tetapi karena kamu bertanya setelah terjadi maka kamu harus bayar kaffarah setiap yang terbunuh dengan seekor kambing jantan." (Hakikatus Syiah, hlm. 55).

Yah, kaffarah seekor kambing untuk nyawa seorang muslim bukan karena menghargai nyawanya, tapi karena Ali bin Yaqtin membunuh mereka sebelum meminta izin kepada Imam mereka.

Kelima: Dinasti Fathimiyah di Mesir sejak tahun 301 H – 567 H adalah pemerintahan Syiah yang memaksakan ajaran Syiah kepada penduduk Ahlus Sunah dengan berbagai cara. Dan yang lebih pahit dari itu bekerja sama dan mengundang tentara Salib dari Eropa masuk ke Mesir untuk membantai umat Islam Ahlus Sunnah yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Saljuk yang sunni.

Dari sinilah awal munculnya nama salah satu tokoh mujahid besar dalam Islam, Shalahuddin al-Ayyubi—rahimahullah. Tokoh mujahid yang telah membebaskan bumi al-Quds dari kekuasaan pasukan Salib. Beliau adalah seorang panglima perang yang gigih menghadapi konspirasi orang-orang Syiah Fathimiyah dan tentara-tentara Salib dari Eropah.

Syiah saat ini berkoar-koar untuk membebaskan tanah al-Quds (Palestina) dari tangan penjajah Israel. Dan mengaku paling depan dalam membela Palestina. Namun sejarah membuktikan, Syiah justru bahu membahu dengan tentara-tentara Salibis dalam menghadapi Shalahuddin al-Ayyubi.

Keenam: Pengkhianatan Syiah al-Qaramithah.
Pada tahun 294 H, mereka menghadang jamaah haji ketika mereka pulang dari Makkah setelah menunaikan manasik haji. Mereka menemui kafilah pertama yang lewat, lalu menyerang mereka dengan hebat. Ketika al-Qaramithah melihat kuatnya perlawanan mereka, mereka pun bertanya, "Apakah wakil sultan bersama kalian?" Mereka menjawab, "Tidak ada satu pun yang bersama kami." Mereka lalu berkata, "Kami tidak menginginkan kalian. Tenanglah dan pergilah kalian." Namun ketika mereka mulai berbalik untuk pergi, ternyata al-Qaramithah menyerang balik dan membunuh mereka semua.

Mereka mengintai setiap kafilah haji, kafilah demi kafilah diancam dengan menghunuskan pedang, lalu membunuh mereka semua. Lalu dikumpulkan mayat korban yang terbunuh, hingga seperti sebuah gundukan tanah. Mereka mengirimkan orang yang mengamankan para jamaah haji yang melarikan diri di belakangnya, kemudian ketika mereka kembali, mereka pun dibunuh seluruhnya. Para wanita al-Qaramithah lalu sengaja mengitari para korban guna menawarkan air minum, namun siapa saja yang mengajak mereka berbicara (ketahuan masih hidup), maka para wanita itu akan membunuhnya.

Dikatakan bahwa jumlah korban yang terbunuh dalam peristiwa ini mencapai dua puluh ribuan. Dalam peristiwa itu mereka menggali sumur-sumur lalu mengotori airnya dengan bangkai, debu dan batu. Jumlah uang yang mereka rampas dari para jamaah haji mencapai ribuan dinar. (Lihat al-Kamil fi at-Tarikh karya Ibnul Atsir, 6/432-433).

Ibnu Katsir—rahimahullah—juga menyebutkan dalam al-Bidayah wa an-Nihayah sejarah pengkhianatan-pengkhianatan Syiah al-Qaramithah. Di antaranya, beliau menyebutkan, "Pada tahun 317 H, orang-orang al-Qaramithah pergi ke Makkah pada hari Tarwiyah. Mereka memerangi para jamaah haji di perbatasan kota Makkah dan perkampungannya; di Masjid al-Haram dan di dalam Ka'bah. Mereka benar-benar telah membunuh banyak orang.

Pemimpin mereka, Abu Thahir—semoga Allah melaknatnya—duduk di depan pintu Ka'bah dan para laki-laki memagari di sekitarnya, sementara pedang-pedang beraksi membantai jamaah Masjdil Haram, di bulan haram, di hari Tarwiyah, hari yang paling mulia. Para jamaah haji melarikan diri dari mereka. Mereka bergelantungan pada tirai-tirai Ka'bah. Sayang, hal itu tak berguna sama sekali. Bahkan Syiah terus mengejar dan membunuh, meski mereka bergelantungan padanya.

Ketika Abu Thahir al-Qirmithi telah menyelesaikan perbuatannya dan melakukan apa yang telah dia lakukan terhadap para jamaah haji, ia lalu memerintahkan anak buahnya untuk menutup sumur zam-zam dengan dengan melemparkan korban yang meninggal ke dalamnya, dan juga menghancurkan kubahnya. Dia juga memerintahkan untuk mencopot pintu Ka'bah dan melepaskan kain penutupnya, lalu merobeknya dan membagi-bagikannya kepada para sahabat-sahabatnya.

Kemudian dia memerintahkan salah seorang anak buahnya untuk mencabut Hajar Aswad. Lalu seorang laki-laki mendatangi-nya, dan kemudian ia memukulnya dengan barang berat yang ada di tangannya. Dia berkata, "Di manakah burung Ababil? Dan di manakah batu yang berasal dari tanah yang terbakar itu (seraya menantang)?" Kemudian dengan garang dia mencabut Hajar Aswad. Mereka membawanya pergi bersama mereka ke negaranya. Hajar Aswad tetap ada bersama mereka selama 22 tahun. Lalu mereka mengembalikannya pada tahun 339 H. (Lihat al-Bidayah wa an-Nihayah karya Imam Ibnu Katsir, 11/160—161. Al-Kamil fi al-Tarikh, 7/53—54).

Tujuh : Pengkhianatan Menteri al-Alqami dengan Masuknya Orang-orang Tartar ke Baghdad

Ibnu Katsir, penulis Tafsir Ibnu Katsir menceritakan beberapa peristiwa yang terjadi tahun 642 H. Di antaranya beliau mengisahkan tentang seorang menteri beraliran Syiah pada masa pemerintahan Khalifah al-Mu’tashim Billah, yaitu al-Alqami, “Dia bukanlah menteri yang dapat dipercaya. Kinerjanya pun tak dapat diharapkan. Dialah yang telah membantu kehancuran kaum Muslimin dalam persoalan Holako Khan (pemimpin Tartar).” (al-Bidayah wa an-Nihayah, 13/164).

Holako Khan datang bersama dua ratus ribu pasukannya. Mereka mengepung Baghdad dari Barat dan Timur. Mereka membunuh siapa saja yang dapat mereka bunuh. Laki-laki, perempuan, wanita, anak-anak, orang tua dan para pemuda. Di antara ulama Ahlussunnah yang mereka bunuh pada saat itu adalah Syaikh Ibnul Jauzi—rahimahullah—beserta ketiga anaknya.

Ibnu Katsir—rahimahullah—berkata, “Orang-orang berbeda pendapat mengenai jumlah kaum muslimin yang tewas di Baghdad dalam peristiwa ini. Ada yang mengatakan delapan ratus ribu, ada yang mengatakan satu juta delapan ratus ribu, dan ada yang mengatakan jumlahnya mencapai dua jutaan jiwa.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, 13/202).

“Korban-korban tewas yang berada di jalanan, seakan-akan seperti gundukan tanah yang bertumpuk-tumpuk. Ketika hujan turun, mayat-mayat mereka dengan cepat berubah. Bangkai-bangkai itu pun mengeluarkan bau busuk menyengat ke seluruh penjuru kota. Udara tercemar menimbulkan wabah penyakit di mana-mana sehingga menyebar dan beterbangan di udara sampai ke negeri Syam. Banyak orang meninggal akibat perubahan cuaca dan pencemaran udara. Semua orang menderita akibat kenaikan harga, wabah penyakit, kematian, pembunuhan, dan penyakit tha’un.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, 13/203).

Tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 655 H, Ibnu Katsir berkata, “Pada saat itu, di Baghdad terjadi fitnah yang hebat antara Ahlussunnah dan Syiah. Di mana al-Kurkh dan rumah-rumah orang Syiah ditaklukkan, termasuk rumah kerabat menteri Ibnu al-Alqami. Inilah yang menjadi salah satu penyebab paling kuat sehingga ia meminta bantuan kepada orang-orang Tatar.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, 13/196).

Bisa jadi, ini salah satu motifnya, tapi motif utama orang jahat ini berkhianat adalah dari akidah Syiah yang diyakininya.

Delapan :Pengkhianatan Syiah ketika Orang-orang Tartar Masuk ke Syam.

Di antara yang menunjukkan pengkhianatan orang-orang Syiah di sana adalah bahwa Holako Khan ketika telah selesai menghancurkan Damaskus dan Syam serta membunuh banyak kaum muslimin, dia menyerahkan kekuasaan kehakiman (al-Qadha’) kepada orang Syiah, al-Qadhi Kamaluddin Umar bin Badr atas seluruh kota Syam, al-Maushil, Mardin, dan al-Akrad.

Sembilan : Pengkhianatan Nashiruddin ath-Thusi
Nashiruddin ath-Thusi hidup sezaman dengan menteri Ibnu al-Alqami. Dia adalah seorang Syiah Rafidhah yang jahat dan bengis sepertinya.

Orang-orang Syiah memuji pengkhianatan yang telah diperbuat oleh ath-Thusi dan mereka menyayanginya, dan menganggap pengkhianatan itu sebagai kemenangan yang nyata bagi Islam, contohnya, ulama mereka Muhammad Baqir al-Musawi dalam kitab Raudhat al-Jannat ketika menulis tentang ath-Thusi (1/300-301), mengatakan, “Dia adalah seorang peneliti, pembicara, orang yang bijaksana, yang baik dan mulia…. Di antara salah satu ceritanya yang terkenal adalah cerita di mana dia diminta untuk menjadi menteri seorang sultan yang sederhana dalam mengawasi Iran, Hulako Khan bin Tauli Jengis Khan, salah seorang pemimpin besar Tartar dan pegunungan Mongolia. Dan kedatangannya bersama rombongan sultan dengan penuh kesiapan ke Dar as-Salam Baghdad, untuk membimbing orang-orang, memperbaiki negara, memutus mata rantai penindasan dan kerusakan, memadamkan lingkaran kezaliman dan kekacauan dengan menghancurkan lingkaran kekuasaan Bani Abbas dan melakukan pembunuhan massal terhadap para pengikut mereka yang zalim, sehingga darah mereka yang kotor mengalir bagai air sungai, kemudian mengalir ke sungai Dajlah dan sebagian lagi ke neraka Jahannam, lembah kebinasaan dan tempat orang-orang yang celaka dan jahat.” (Haqiqat asy-Syiah, hal. 54).

Mahasuci Allah, Hulako Khan seorang berhati bengis dan kejam ia puji dengan gelar seorang sultan yang sederhana? Pengkhianatan yang menelan korban ratusan ribu nyawa kaum muslimin ia katakan sebagai membimbing orang-orang, memperbaiki negara?!

Benar apa yang dikatakan Allah Azza wa Jalla tentang perumpamaan orang-orang yang berkhianat dan membuat kerusakan, yaitu (artinya), “Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." “Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 11-12).

Imam kebanggaan Syiah, Khomeini juga telah memuji Nashiruddin ath-Thusi dan memberkati pengkhianatannya, dan menganggapnya sebagai kemenangan yang nyata bagi umat Islam. Dia mengatakan dalam kitabnya al-Hukumah al-Islamiyah, “Apabila situasi taqiyah mengharuskan salah seorang dari kita untuk masuk ke dalam barisan para penguasa, maka hal itu harus ditolak, walaupun penolakan itu berakibat dia harus dibunuh, kecuali masuknya ia secara formal membawa kemenangan yang nyata bagi Islam dan kaum muslimin, seperti masuknya Ali bin Yaqtin dan Nashiruddin ath-Thusi—rahimahumallah.” (al-Khomeini, al-Hukumah al-Islamiyah, halaman 142, cet. Keempat).

Sepuluh : Pengkhianatan Syiah dan Upaya Mereka Membunuh Shalahuddin al-Ayyubi

Orang-orang Syiah belum lupa bahwa Shalahuddin al-Ayyubi adalah orang yang telah melenyapkan Daulah Fathimiyah yang berhaluan Syiah di Mesir, dan mengembalikan kekuasaan bagi Ahlussunnah waljamaah. Karena itulah mereka berulangkali berusaha membunuhnya untuk mendirikan daulah Fathimiyah yang baru. Dan dalam semua konspirasi ini, mereka meminta bantuan kepada orang-orang asing melalui korespondensi kepada mereka.

Maka datanglah bantuan armada tentara asing. Setelah berlabuh di dermaga, mereka menurunkan seribu lima ratus kaveleri dari kapal-kapal perang mereka. Jumlah mereka ada tiga puluh ribu prajurit, yaitu para penunggang kuda dan pejalan kaki. Jumlah kapal yang mengangkut peralatan perang dan blokade adalah enam kapal, dan yang mengangkut perbekalan dan personil adalah empat puluh kapal perang. Jumlah mereka kira-kira lima puluh ribu pejalan kaki.

Mereka lalu menyerang kaum muslimin dan membunuh banyak sekali dari mereka. Sultan Shalahuddin al-Ayyubi sedang berada di Faqus dan mendapat berita pada hari ketiga setelah orang-orang asing berlabuh. Beliau segera menyiapkan pasukan dan berhasil mengusir pasukan asing tersebut. (Lihat as-Suluk li Ma’rifati ad-Duwal al-Muluk, 1/55-56).

Tahukah Anda, berapa banyaknya jumlah pengkhianatan orang-orang Syiah? Orang-orang Syiah terus merongrong pemerintahan Shalahuddin al-Ayyubi, sekiranya Allah ‘Azza wa Jalla tidak memberikan nikmat-Nya kepada Shalahuddin dan para pasukannya, tentulah akan semakin banyak pengorbanan jiwa dan darah yang mengalir.

Pengkhianatan ini bukan hanya sekadar usaha untuk membunuh Shalahuddin al-Ayyubi yang telah melenyapkan daulah Syiah di Mesir, tapi dampak dari itu semua adalah semakin berbahayanya orang-orang asing di negeri Syam. Ketika Shalahuddin hendak mendatangi mereka untuk melindungi Syam dari orang-orang asing, salah satu penghalang utamanya adalah pengkhianatan orang-orang Syiah kepadanya dalam kekuasaannya di Mesir (baca al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir, 12/287-288).

Inilah di antara contoh pengkhianatan Syiah dan usaha mereka dalam pembunuhan terhadap raja penolong Ahlussunnah, Shalahuddin al-Ayyubi—rahimahullah. Mereka merencanakan tipu daya, dan Allah menggagalkan tipu daya mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.

sumber: https://www.facebook.com/StatusNasehatUntukSaudaraku/posts/438348036260310
Read full post »

Rabu, Jun 19, 2013

Sengketa Siam vs Siam - Melayu tidak perlu terbabit.

0 comments
Persengketaan keluarga yang tak sudah. Siam vs Siam. Itulah kesimpulan yang dapat dipelajari apabila meneliti sejarah keturunan yang dikatakan berasal dari Merong Mahawangsa yang datang ke Alam Melayu satu ketika dahulu.

Satu pihak tidak mahu mengaku menjadi Melayu dan masih berpegang pada cerita bangsa Siam keturunan China-Monggol-India manakala sebelah pihak lagi telah pun menjadi sebahagian daripada umat Melayu Islam. 

Perlu diingat peribumi asal Alam Melayu ini telah lama wujud, malah lebih awal dari bangsa China, mahupun India mahupun lain-lain tempat didunia. Cerita anak cucu cicit Nabi Noh a.s yang ada di Gunung Jerai seperti yang diceritakan oleh SNK tidak kami  lupakan, malah membuktikan Melayu sudah ada disini seawal zaman Nabi Noh a.s lagi. 

Dan telah kami jelaskan dahulu makna Malayu itu antara lainnya bermaksud Manusia Lama Yang Ujud. Itu juga bukan omong kosong kerana kajian DNA membuktikannya. Melayu bukan pendatang dari Selatan China seperti tohmahan barat dan profesor kiasu dari Singapura.

Sejarah persengketaan keluarga Siam yang berlaku mengakibat bunuh membunuh, caci mencaci, tuntutan harta dan sebagainya itu harus diselesaikan sendiri oleh pihak yang bertelingkah. Sungguhpun begitu banyak bukti dan penemuan baru telah menyedarkan kami tentang sejarah yang telah diselindungkan. Maka itu adalah kelebihan SNK yang tidak dapat kami nafikan. Manuskrip UUK yang membuktikan kedatangan Islam lebih awal dari yang disangkakan adalah salah satu darinya.

Kami juga melihat definisi Islam dari sudut iktikad Ahli Sunnah Wal Jamaah. Oleh kerana itu pada pendapat kami Empayar Islam yang dikatakan oleh Jabatan Warisan Negara itu ada sedikit tersasar yang mana sepatutnya dikekalkan nama Sejarah Negara Kedah - ini supaya tidak melibatkan orang lain yang tidak bersangkut-paut dan supaya nama Islam tidak buruk akibat sengketa keluarga. 

Jika satu pihak dituduh terbabit dengan Ayuthaya Buddha satu pihak lagi pula terbabit ada dengan Ayuthaya Syiah. Menurut penilaian kami, mudharat dan manafaat, Peperangan Islam Sunni vs Syiah ini semenjak zaman Khulafa Ar Rashdin Saidina Ali r.a pula sebenarnya lebih dahsyat dan tidak kunjung henti dan mengakibatkan jutaan-ribu korban jika hendak dibandingkan cerita perang Siam vs Thai. Jadi mana yang lebih bahaya? - 2 kali lima.

Justeru sebagai orang Melayu kami amat berharap supaya Umat Melayu keseluruhannya mengambil iktibar daripada apa yang telah berlaku dan daripada apa yang sedang berlaku. Maka bersatulah demi Agama dan Bangsa mu.

Solawat ke atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w. Kami bertindak sebagai pengkaji sejarah bebas yang tidak terikat atau perlu minta izin dengan mana-mana mahkluk bagi mendatangkan pendapat mahupun pandangan kami yang juga bersifat peribadi. Dan pembaca pula tidak perlu bersetuju dengan apa yang kami tuliskan. Maka fikir dengan kritis, bukan taklik buta pada penceritaan.

Bak pesan Almarhum Dato Onn " Melayu Jangan Sembah Selain Tuhan - The Malays Should Never Sembah to Anyone Except to God."

Maka itulah yang wajib dilakukan oleh Umat Melayu hari ini dan perlu muhasabah diri. Peringatan ini juga ditujukan kepada diri kami sendiri. Berusahalah untuk menjiwai dan menjadi sebenar-benar Melayu yang hanya Me-layu kepada Tuhan Rabbul Jalil dan bukan kepada Mahkluk yang kena jadi. Sembah dan hormat adalah dua perkara yang berbeza.

Kami juga ingin memohon ampun dan maaf jika ada tersalah, terkasar bahasa dalam menyampaikan kisah ini dan tidak berniat untuk memanjangkan sengketa. Kami juga berterima kasih atas segala kerjasama pihak-pihak yang berkaitan semasa kami menjalankan usaha mengkaji kisah ini.

Kami juga telah pun memaafkan, jika pun ada, tidak pernah ambil pusing dengan segala tohmahan yang dilemparkan terhadap kami oleh pihak-pihak yang tidak diberi pengetahuan -- hanya Sa-Nya, DIA sahaja Yang Maha Tahu.

Bersyukurkah kerana mendapat nikmat menjadi seorang Melayu yang dilahirkan sebagai seorang Islam. Maka pedalamkan lagi ilmunya supaya tidak menjadi sia-sia.

InsyaAllah bersambung dilain masa dengan kisah yang lain.

Sejarah itu hidup.

Dengan itu kami sudahkan kisah Siam.

Lucut sengketa.

Wassalam.

THE MALAY PRESS



Read full post »

Selasa, Jun 18, 2013

Apa yang dimaksud dengan aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah itu?

0 comments
Syiah bukan daripada Islam.

Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah salah satu aliran Syiah dari sekian banyak aliran-aliran Syiah yang satu sama lain berebut menamakan aliran Syiahnya sebagai madzhab Ahlul Bait. Dan penganutnya mengklaim hanya dirinya saja atau golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bait. Aliran Syiah inilah yang dianut atau diikuti oleh mayoritas (65 %) rakyat IRAN.



Sejenis Firaun juga Bashar Al Assad ni...

Begitu pula sebagai aliran Syiah yang diikuti oleh orang-orang di Indonesia yang gandrung kepada Khumaini dan Syiahnya. 
Apabila dibanding dengan aliran-aliran Syiah yang lain, maka aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini merupakan aliran Syiah yang paling sesat (GHULAH) dan paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara pada saat ini.


Dengan menggunakan strategi yang licik yang mereka namakan TAGIYAH (berdusta) yang berakibat dapat menghalalkan segala cara, aliran ini dikembangkan.
 Akibatnya banyak orang-orang yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tertipu dan termakan oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya (Islam) dan masuk Syiah.
 Karena didasari oleh Ashobiyah atau kefanatikan yang mendalam, maka aliran ini cepat menjalar dan berkembang, terutama dikalangan awam Alawiyyin (keturunan nabi Muhammad) dan Muhibbin (pecinta mereka).

Sehingga bagaikan penyakit kanker yang ganas sedang berkembang didalam tubuh yang sehat, yang ratusan tahun dikenal beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Sebenarnya bagi orang-orang yang berpendidikan agama, wabah ini tidak sampai menggoyahkan iman mereka, tapi bagi orang-orang yang kurang pengetahuan Islamnya, mudah sekali terjangkit penyakit ini.


Dalam situasi yang memprihatinkan ini, bangkitlah orang-orang yang merasa terpanggil untuk melawan dan memerangi aliran tersebut. Berbagai cara telah mereka tempuh, ada yang dengan jalan berceramah, ada yang dengan menulis, bahkan ada yang dengan jalan berdiskusi dan Alhamdulillah mendapat sambutan yang positif dari masyarakat dan dari pemerintah.


Berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang penuh dengan saling hormat menghormati dan penuh dengan cinta mencintai serta penuh dengan maaf memaafkan karena berdasarkan Al Ahlaqul Karimah dan Al Afwa Indal Magdiroh (pemberian maaf disaat ia dapat membalas) serta Husnudhdhon (baik sangka), maka ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini penuh dengan caci maki dan penuh dengan fitnahan-fitnahan serta penuh dengan laknat-melaknat, karena dilandasi dengan Suudhdhon (buruk sangka) dan dendam kesumat serta kefanatikan yang tidak berdasar.


Dapat kita lihat bagaimana mereka tanpa sopan berani dan terang-terangan mencaci maki para sahabat, memfitnah istri-istri Rasulullah SAW, khususnya Siti Aisyah, bahkan Rasulullah sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.
Ajaran-ajaran Syiah yang meresahkan dan membangkitkan amarah umat Islam ini, membuat para ulama di seluruh dunia sepakat untuk memberikan penerangan kepada masyarakat.

Ratusan judul kitab diterbitkan, berjuta kitab dicetak dengan maksud agar masyarakat mengetahui kesesatan Syiah dan waspada terhadap gerakan Syiah. Dalam menulis kitab-kitab tersebut para ulama kita itu mengambil sumber dan sandaran dari kitab-kitab Syiah (kitab-kitab rujukan Syiah), sehingga sukar sekali bagi orang-orang Syiah untuk menyanggahnya. 


Selanjutnya dengan banyaknya beredar kitab-kitab yang memuat dan memaparkan kesesatan ajaran Syiah, maka banyak orang-orang yang dahulunya terpengaruh kepada Syiah, menjadi sadar dan kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Hal ini tentu tidak lepas hidayah dan inayah serta taufiq dari Allah SWT. Terkecuali orang-orang yang memang bernasib buruk, yaitu orang-orang yang sudah ditakdirkan oleh Allah sebagai orang Syagi (celaka dan sengsara). 
Semoga kita dan keluarga kita digolongkan sebagai orang-orang yang Suada’ atau orang-orang yang beruntung yang diselamatkan oleh Allah dari aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang sesat dan menyesatkan.

Read full post »

Ahad, Jun 16, 2013

KEMARAAN SYIAH DI BUMI MALAYSIA - DENGAN SIKAP TAQIYA (Berpura-pura)

0 comments

KEMARAAN SYIAH DI BUMI MALAYSIA
17 FEB 2009 by mashoori in Kekejaman dan Jenayah Rafidah Label:al-mahdi, azad, bernama, iran,JAKIM, malaysia, salafi, saudi, syiah
OLEH: MUHAMMAD ASRIE BIN SOBRI

Dalam kesibukan negara Iran menyambut ulang tahun ke-30 Revolusi Syiah Iran, kita menjadi agak terkejut melihat sasaran pengembangan ajaran Syiah kali ini menghala ke arah Asia Tenggara dan lebih tepat ke Malaysia.

Memang pergerakan syiah telah lama dihidu di Malaysia ini kerana dari segi sejarah Tanah Melayu juga dipercayai ajaran Syiah pernah menjadi anutan rasmi beberapa kerajaan Melayu lama. [Mengikut kajian yang telah dilakukan, Ayuthia adalah salah sebuah tempat yang telah dikenalpasti dibawah pengaruh Syiah iaitu dibawah Syeikh Ahmad Qomi - dikatakan seorang India "Muslim" oleh para pengkaji yang keliru mengenai asal usulnya. Manakala Qom pula adalah kubu kuat Syiah yang melahirkan ramai ulama Syiah di Iran dan diserata dunia.]


During the 1990s, a memorial had been erected marking the supposed burial location of the Sheikh. The monument was built on the compound of the Rajabhat Institute in Ayutthaya at the Ayutthaya's Teachers' Training College close to the Ayutthaya Historical Study Center. Prof Charnvit Kasetsiri is said to have his doubts concerning the accuracy of the Sheikh's burial location and seemed to advocate a place outside the city area. [1] Although not confirmed, this writer presumes this place could be the Takia Yokhin Racha Mitjinja Sayam Mosque.


Maka tindakan Iran kali ini yang dilihat sedang menghalakan meriam Syiah-nya ke Malaysia seolah-olah ingain menakluk semula Tanah Melayu ini.

Suatu ketika dahulu kita dikecohkan dengan tindakan seorang Syiah, Faisal Tehrani yang memuatkan novel bersiri Syiah karyanya dalam Harian Metro kemudian diikuti kemunculan penganalisis Syiah di kaca televisyen dan diikuti pula terbongkarnya rahsia bahawa ajaran kufur ini selama ini bergerak di bawah cahaya bulan Purnama yang menjadi lambang sebuah parti politik Malaysia.

Mungkin ramai pihak jahil atau sengaja menjahilkan diri bahawa ajaran Syiah adalah suatu bentuk ajaran sesat yang wajar dihindari berdasarkan fatwa Majlis Fatwa Kebangsaan sebagai berikut:


a) Bersetuju supaya keputusan Muzakarah

Jawatankuasa Fatwa yang telah diadakan pada 24 dan 25 September 1984 [Kertas Bil. 2/8/84, Perkara 4.2. (2)] mengenai aliran Syiah yang menetapkan seperti berikut :
“Setelah berbincang dan menimbang kertas kerja ini Jawatankuasa telah mengambil keputusan bahawa hanya Mazhab Syiah dari golongan Al-Zaidiyah dan Jaafariah sahaja yang diterima untuk diamalkan di Malaysia.” Dimansuhkan.
b) Menetapkan bahawa umat Islam di Malaysia hendaklah hanya mengikut ajaran Islam yang berasaskan pegangan Ahli Sunnah Wal-Jamaah dari segi Aqidah, Syariah dan Akhlak.
c) Menyokong dan menerima cadangan pindaan Perlembagaan Persekutuan dan Perlembagaan Negeri-Negeri bagi memperuntukkan dengan nyata bahawa agama bagi Persekutuan dan Negeri-Negeri hendaklah agama Islam yang berasaskan pegangan Ahli Sunnah Wal-Jamaah dari segi Aqidah, Syariah dan Akhlak.
d) Memperakukan pindaan kepada semua Undang-Undang Negeri yang Hukum Syarak bagi menyelaraskan takrif “Hukum Syarak” atau “Undang-Undang Islam” seperti berikut :
“Hukum Syarak atau “Undang-Undang Islam” ertinya Undang-Undang Islam yang berasaskan pegangan Ahli Sunnah Wal-Jamaah dari segi Aqidah, Syariah dan Akhlak.”
e) Memperakukan bahawa ajaran Islam yang lain daripada pegangan Ahli Sunnah Wal-Jamaah adalah bercanggah dengan Hukum Syarak dan Undang-Undang Islam; dan dengan demikian penyebaran apa-apa ajaran yang lain daripada pegangan Ahli Sunnah Wal-Jamaah adalah dilarang.
f) Menetapkan bahawa semua umat Islam di Negara ini adalah tertakluk kepada Undang-Undang Islam Hukum Syarak yang berasaskan pegangan kepada ajaran Ahli Sunnah Wal-Jamaah sahaja.
g) Menetapkan bahawa penerbitan, penyiaran dan penyebaran apa-apa buku, risalah, filem. Video dan lain-lain berhubung dengan ajaran Islam yang bertentangan dengan pegangan Ahli Sunnah Wal-Jamaah adalah diharamkan.


Ini adalah keputusan Muzakarah Fatwa Kebangsaan bertarikh 5 Mei 1996 yang sekaligus menunjukkan tindakan sesetengah pihak penyiaran yang giat menayangkan filem-filem daripada Iran baru-baru ini adalah bertentangan dengan undang-undang Syar’i negara ini kerana fatwa di atas adalah fatwa yang diwartakan.

Demikian juga cadangan menubuhkan cawangan Universiti Islam Azad iaitu universiti berfahaman Syiah Iran di Malaysia adalah tindakan yang bercanggah dengan undang-undang Syariah negara ini. Tindakan pihak tertentu yang terlalu memberi ruang kepada kerajaan Iran melakukan aktiviti mereka di negara ini amat dikesali. Kejahilan pihak-pihak berkenaan amat memalukan dan mengundang padah serta bencana kepada akidah umat.

Kerajaan Malaysia perlu lebih berhat-hati dengan muslihat kerajaan Iran yang memang ditubuhkan untuk menyebarkan agama mereka yang sangat kufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Ajaran Syiah yang mencela dan mencerca para Sahabat radiallahu’anhum dan menghina Ummul Mukminin Aisyah r.a dan Hafsah r.a bahkan mencerca dan menghina Allah s.w.t.

Pihak bertanggungjawab dalam urusan Islam di negara ini perlu lebih peka dalam isu-isu sebegini supaya mereka tidak lagi dianggap sebagai lembam dan dicucuk hidung. Mereka sepatutnya senantiasa mengawal apa jua bentuk penyebaran ajaran sesat dalam kalangan Umat Islam Malaysia ini bukan sekadar ajaran yang dilihat mengancam kedudukan kerajaan sahaja yang perlu dibanteras bahkan semua ajaran sesat perlu dibanteras.

Kewujudan ajaran Syiah juga akan menggugat kedudukan kerajaan kerana Syiah hanya percaya kepada kepimpinan Faqih yang menjadi wakil Imam Mahdi mereka sahaja iaitulah Ayatullah Iran. Maka dengan menjadikan ajaran Syiah sebagai anutan penduduk Malaysia, secara otomatis Malaysia menjadi jajahan takluk Iran.

Semoga Allah s.w.t melindungi kita semua daripada bencana yang dahsyat ini dan semoga Allah s.w.t memberikan Taufiq dan Hidayah kepada pemerintah negara ini untuk bertindak pantas mengekang kemaraan Syiah ke dalam negara ini. Amin.

Lihat Fatwa di: http://www.e-fatwa.gov.my/jakim/keputusan_view.asp?keyID=150
Lihat Cadangan Penubuhan Universiti Azad di: http://bernama.com.my/bernama/v5/bm/newsindex.php?id=390148
Read full post »

Khamis, Jun 13, 2013

Sultan Mansur Syah dibunuh Jawa kafir

0 comments

Sultan Mansur Syah dibunuh Jawa kafir


KOMPLEK Makam Nibong di kampung Mangkasar, Pekan. Di sinilah letaknya Makam Sultan Zawal, Sultan Pahang yang mangkat pada tahun 1555 dan di sini jugalah makam Sultan Mansur Shah.


Saya kira kita lebih banyak dapat mengetahui tapak-tapak bersejarah di sekitar Pekan bahkan seluruh negeri Pahang, kerana di Muzium tersebut terdapat penerangan serba sedikit mengenai latar belakang sejarah negeri Pahang bermula dari zaman prasejarah hinggalah zaman kemerdekaan.

Saya tertarik untuk mengkaji beberapa buah makam lama yang terdapat di Kuala Pahang dan juga di sekitar bandar Pekan, di mana saya dapati ada tapak-tapak bersejarah yang belum dikenal pasti dengan jelas.

Antaranya ialah Kompleks Makam Nibong yang terletak di Kampung Mangkar yang berdekatan dengan bandar Pekan.

Menurut catatan sejarah Pahang di Makam Nibong itulah dimakamkan Almarhum Sultan Zainal Abidin, sultan yang memerintah Pahang dari tahun 1530 hingga tahun 1555.
Di zaman dulu makam Nibong itu disebut Makam Tembuni. Di kompleks makam itu ada lebih kurang tujuh buah makam yang nisannya menggunakan batu Aceh, iaitu batu Aceh jenis yang digunakan pada abad ke-15 hingga abad ke-16.

Di Kompleks Makam Nibong itu juga dipercayai terletaknya makam Sultan Mansur Syah, iaitu putera Sultan Zainal Abidin yang memerintah Pahang selepas kemangkatan ayahandanya.
Makam yang lain-lain hampir tidak dikenal pasti, kerana tidak terdapat sebarang tanda nama di nisan masing-masing.

Dalam sejarah Pahang ada menyebut bahawa Sultan Zainal Abidin yang memerintah Pahang sejak tahun 1555 itu telah mangkat pada tahun 1560 dan almarhum itu disebut 'Marhum di Bukit', kerana dimakamkan di atas sebuah bukit kecil yang juga dikenal sebagai Makam Nibong, kerana ada pohon nibung yang tumbuh di sekeliling bukit kecil tersebut.

Dalam sejarah Pahang pada makam itu juga disebut Makam Tembuni.
Bagaimana nama itu diperoleh tidak pasti namum, menurut cerita-cerita lisan daripada penduduk tempatan, perkataan tembuni itu timbul kerana di sekeliling bukit itu merupakan tempat menanam tembuni yang lahir bersama bayi, lantas tempat itu disebut Makam Tembuni.

Ada cerita lisan lain pula yang menyebut, bahawa di atas bukit itulah seorang perempuan yang sedang menanam tembuni telah ghaib dan tidak dapat dikesan, lalu tempat itu disebut tembuni.
Sultan Mansur Syah II, iaitu Sultan Pahang ke-8 daripada zuriat Kesultanan Melaka itu yang memerintah Pahang dari tahun 1555 hingga tahun 1560 adalah putera Sultan Zainal Abidin, Sultan Pahang ke-7.

Baginda beristerikan Raja Fatimah anak Sultan Alaudin Riayat Syah II, Sultan Johor beranakkan Raja Putih atau nama timang-timangannya Puteri Kecil Besar dan seorang lagi bernama Raja Subuh.
Seorang lagi isteri Sultan Mansur Syah ialah Puteri Bakar anak Raja Terengganu, berputerakan Raja Jalal, Puteri Tengah dan Puteri Dewi. Baginda juga mempunyai seorang anak angkat iaitu Raja Abdul Kadir iaitu saudara seayah baginda.

Raja Putih iaitu puteri Sultan Mansur Syah dengan isteri baginda Raja Fatimah telah berkahwin dengan Kasab putera Khoja Ahmad dari Siak beroleh 6 orang anak iaitu Raja Mahmud dan 5 orang puteri.

Seorang anak perempuannya yang bongsu bernama Puteri Bongsu Chendera Dewi, iaitu ibu Raja Mughal dan Raja Mughal inilah yang kemudiannya menjadi Raja Aceh bergelar Sultan Iskandar Sani, yang telah berkahwin dengan anak Sultan Iskandar Mahkota Alam, Raja Aceh yang sangat masyhur itu.

Mengikut Bustanus-Salatin (Sejarah Aceh), Sultan Mansur Syah II, Sultan Pahang itu telah mangkat dalam satu peperangan dengan orang Jawa kafir.

Bustanus-Salatin tidak pula menyebut di mana peperangan itu berlaku, barangkali berlaku di Pahang juga, kerana waktu itu di Pahang telah banyak didiami oleh orang-orang Jawa yang masih beragama Hindu.
Mereka telah lama mendiami Pahang hingga mereka dapat membentuk satu masyarakat Jawa yang masih belum memeluk agama Islam, dan mereka ini selalu disebut oleh orang Melayu sebagai Jawa kafir. Begitulah apa yang disebut dalam Bustanus-Salatin.

Setelah Sultan Mansur Syah mangkat pada tahun 1560, dan disebut Marhum Syahid lalu dimakamkan di Makam Nibong, di sisi makam ayahanda baginda Sultan Zainal Abidin.

Raja Fatimah iaitu janda baginda telah balik semula ke Johor dan tinggal di istana ayahandanya di Johor Lama. Tidak lama kemudian Raja Fatimah berkahwin pula dengan Raja Umar, anak raja di Pahang, Raja Umar akhirnya menjadi Sultan Johor.

Anak Raja Fatimah dengan suaminya Sultan Mansur Syah berkahwin dengan Raja Kasab, juga bersemayam di Panchor, Johor. Mangkat di situ dan ada makamnya hingga sekarang.

Oleh: N.A. HALIM




Artikel Penuh: http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=1998&dt=0722&pub=Utusan_Malaysia&sec=Gaya_Hidup&pg=ls_01.htm#ixzz2W6hlqX7p
© Utusan Melayu (M) Bhd 
Read full post »

Selasa, Jun 04, 2013

Terima Kasih Pak Anwar Ibrahim Pt2

0 comments
BENUA MELAYU YANG DIHILANGKAN.

Kita tinggalkan hal politik. Biarlah orang politik buat kerja mereka. Dengan undi kita, maka yang menang itu dapatlah mereka rezeki bagi makan anak bini. Kalau tidak berpolitik nanti maka kena cas makan gaji buta pula, satu hal lagi nak naik mahkamah kes makan gaji buta -- sungguhpun begitu rezeki itu kafir ke Islam tetap lah Allah taala yang bagi itulah iktikad Ahli Sunnah Wal Jamaah. 

Yang baik itu tetap dari Allah taala dan yang khilaf serta kesilapan itu tetaplah atas desakan nafsu beserta dengan setan-setan yang sangat komited dalam tugas mereka yang dibahasakan dengan kelemahan manusia yang tarapapa. Begitulah cerita kitab Tok Alim zaman dahulu.

Baik kita kembali ke sejarah realiti. Setelah panjang lebar memperkatakan tentang kewujudan Empayar Islam Benua Siam Kedah, disini penulis ingin mengarahkan pandangan pembaca ke satu sudut sejarah Melayu yang dilupakan, iaitu sejarah kerajaan Champa. 

Kerajaan Champa ini tidak disebut secara khusus sebagai sebuah kerajaan Melayu. Sungguhpun begitu melalui kajian yang telah dilakukan maka telah dikenal pasti bahawa bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Malayo-Polenesia. Bahasa ini adalah satu cabang bahasa yang merumpunkan Melayu di Alam Melayu.

Maka oleh itu dapatlah kita katakan bahawa kerajaan Champa sebelum Islam dahulu adalah sebuah kerajaan Melayu. Kerajaan Melayu bercawat berkemban yang exotic. Orang Asli pun berkemban juga maka tiada lah unsur pelik disitu.

Keras-lembut, jantan ke betina penulis pun tak tahu nak kata.
Tapi Posing menarik gaya Champa purbakala -- tinggalan Cham Tower
Gaya Tangan macam lawak 3 Abdul.
 Berdiri lutut "gaya orang Pulau Manis," kata orang Pekan.


Dengan meletakkan asas bahasa menunjukkan bangsa, maka kita lihat pula dengan lebih dekat bangsa yang menggunakan bahasa Melayu dan sanskerit ini dari perspektif yang lebih dekat, iaitu dari sudut binaan dan kepakaran.

Orang Champa zaman dahulu terkenal dengan kehebatan seni bina, sehinggakan ke hari ini pakar-pakar seluruh dunia tidak dapat memastikan apakah rahsia yang digunakan oleh mereka untuk membina banggunan batu bata bertingkat yang tegap utuh tanpa plaster simen. Masih berdiri sehinga ke hari ini. 

Contoh tinggalan Kerajaan Champa Purbakala

Orang Champa juga terkenal dengan kehandalan sebagai pelaut jika mahu dikatakan kisah orang laut maka orang Champa ini lah contoh yang baik untuk dijadikan teladan.

Mereka juga terlibat secara langsung dengan perdagangan yang merentas laluan sutera samada darat ataupun laut melalui China sehingga ke Arab Parsi dan Eropah.

Mereka jugalah yang membina Angkor Bayon di Kemboja, yang mana sejarah itu cuba dinafikan oleh orang Khmer. Peperangan diantara Khmer dan orang Cham pernah berlaku dan ini membuktikan bahawa orang Cham pernah menggerakkan tentera mereka nun jauh sehingga ke dalam hutan Siem Riep tempat Prasat Angkor dibina.



Ciri Binaan di Benua Melayu-Polenesia adalah sama. 
Mana perginya hak Melayu di Malaysia? 

Setelah sekian lama memerintah Pantai Timur Benua Melayu akhirnya mereka tewas juga ditangan orang Dai Viet yang datang dari arah utara.

Beza-nya orang Dai Viet tidak dapat membina banggunan secanggih orang Cham. Jikapun ada ia berbeza dari sudut arkitektur dan pendekatan cara bina.

Untungnya orang Melayu hari ini kerana dapat menjadikan binaan-binaan kerajaan Melayu Champa purbakala sebagai contoh untuk membuktikan kepandaian orang Melayu dahulu kala. Orang Perancis dan Viet Nam walaupun agak kejam tapi tidaklah sampai meletupkan binaan-binaan bersejarah disana. Orang Inggeris walaupun baik tetapi haram satu hapah peninggalan sejarah Melayu di Malaysia tidak dibenarkan wujud. Hendak mencari tunggul pun kerana korek bermeter-meter dalamnya. -- itulah bezanya antara penjajah-penjajah tersebut. Entah apa yang ditakuti oleh British dengan peninggalan sejarah Melayu di Semenanjung ini kita pun tidak lah sampai akal untuk memberitakannya secara pasti.


Wilayah Malayo Cham meluas dari kawasan pergunungan Laos sehingga ke Pulau Hainan sebelum di jajah Dai Viet juga disebut Cochinchina. Kawasan pergunungan Laos ini sebenarnya paling banyak di bom oleh Amirika (karpet bombing) jika dibandingkan dengan Viet Nam. Rupanya dikawasan pergunungan inilah terdapat "satu suku kaum" yang menyimpan rahsia kerajaan Malayo-Cham bersembunyi.

Dewasa ini orang Malayo-Cham duduk bertebaran dimerata dunia menjadi pelarian dan seterusnya menjadi warganegara. Negara yang mulanya tiada kepada ada dan kembali tiada. Ramai diantara mereka lari tinggal di Amerika, Eropah dan juga Malaysia.

Untungnya mereka, jika pun mereka ingin menuntut kembali negara mereka maka ada juga tunggul sejarah untuk membuktikan perkara itu. Apa yang mereka mampu lakukan adalah bersatu dan menyebarkan sejarah realiti nagara Cham melalui pendidikan dan kempen awareness yang lebih mantap -- dengan harapan tidak ditangkap.

Begitulah sebahagian cerita Alam Melayu yang mungkin tidak dapat dicapai difikir oleh orang Melayu Malaysia era moden kerana terpisah dek ideologi politik, fahaman agama yang sempit dan tidak mahu berbangga menjadi Melayu -- kerana beranggapan berfahaman Melayu itu adalah satu kesalahan asabiah. Mungkin mereka lupa atau tidak tahu langsung atau tidak mahu menghayati bab sejarah realiti Umat Melayu dan Islam Nusantara yang telah digodam penjajah -- terima kasih Munsyi Abdullah dan konco-konconya pengampu sejarah hikayat Parameswara Melaka 1404 masehi yang tak de punca.

Menara Po Rome adalah menara Champa yang dibina pada abad ke 17 dan yang terbesar serta terakhir yang dibina oleh pembesar kerajaan Champa. Menurut sumber yang lain, Po Rome ini adalah seorang Raja yang beragama Islam. Maka tidak mustahil binaan yang serupa reka bentuknya di Ayuthia adalah juga milik kerajaan Islam yang mana teknik pembuatan dan bahannya adalah sama. Unsur hindu-buddha yang dimasukkan kemudian ataupun segala berhala colok sembahan hanya mendatangkan persepsi negatif terhadap binaan Melayu ini. Manakala Po Chan @ Sultan Muzaffar Syah 3 adalah Raja Islam Champa yang terakhir memerintah di bumi Cham sebelum berundur pulang ke Semenanjung Tanah Melayu - Kedah pada tahun 18++.

Ada juga yang sanggup menghilangkan nama Melayu demi ideologi politik yang sempit -- perkara ini juga amat ditentang oleh Allahyarham Dato Onn sewaktu dahulu. Walaubagaimanpun ikut pengajian masing-masinglah, tapi Melayu itu besar bukan kecil anak seperti yang disangkakan, bak kata Almarhum Syeikh Ahmad Fatani wilayah Melayu berada diantara India dan China, Indo China -- itulah realitinya nama Benua Melayu yang tidak terungkap oleh orang Melayu kerana sikap inferiority complex ditambah dengan sejarah yang telah dihilangkan.

Kalau hendak diikutkan Siam itu ada pelbagai versi, tetapi perkataan "siam" itu sendiri ada maksudnya yang tepat dan adalah salah satu kata yang dapat diambil daripada perbendaharaan bahasa Melayo-Polenesia versi Champa bermaksud "baik". Atas sebab itu kita berani kata diantara India ---- China itu sebenarnya adalah tempat bernama Benua Melayu, benua yang baik.

Peta terkini menunjukkan tinggalan Cham Tower bersamping Laut Timur

Melayu bukan pendatang seperti yang di gembar-gemburkan oleh orang para pengikut Sun Yat Sen yang telah beranak pinak di Strait Settlement termasuklah yang berada di Singapura.

Oleh kerana itu kerajaan Melayu Malaysia yang dikatakan minoriti (tinggal seciput ini) sepatutnya membuka mata seluas-luasnya, menilai kembali sejarah Melayu dari perpekstif merentas global tiada sempadan untuk kembali meletakkan sejarah Melayu pada tempat yang selayaknya. Banyak tenaga, wang ringgit dan masa telah dihabiskan oleh pejuang-pejuang sejarah Melayu untuk memastikan sejarah realiti bangsanya kembali ke tempat yang selayaknya.  Sudahlah tinggal seciput tetapi masih mengamalkan sikap pengecut. Jangan dikhianati orang Melayu lagi.

Sekali lagi terima kasih Pak Anwar Ibrahim kerana berjaya menyedarkan segelintir orang Melayu tentang perihal bangsanya demi kelangsungan sebuah warisan yang sudah hampir dipupuskan.

Realiti bukan Persepsi bak kata Perdana Menteri.

Wassalam.

The Malay Press.





Read full post »

Ahad, Jun 02, 2013

Terima kasih Pak Anwar Ibrahim

0 comments
Tanpa seorang yang bernama Anwar Ibrahim orang Melayu mungkin masih terawang dibuai mimpi indah berselimut fantasi kulit babi. 

Anwarlah orangnya yang mengejutkan orang Melayu daripada mimpi tersebut. Anwar Ibrahim berjaya membuatkan orang Melayu tersedar dan lebih berhati-hati dengan perihal masa depan bangsanya. 

Orang Melayu selama hari ini rupanya telah ditipu hidup-hidup oleh UMNO yang mendendang lagu syahdu untuk orang Melayu terus tidur -- lena.

Selimut yang lembut yang disediakan oleh para "pejuang" UMNO jaman dahulu untuk bangsa Melayu selama 56 tahun itu rupanya haram tak boleh pakai.

Tanpa Pak Anwar mungkin orang UMNO juga terus tidur -- mungkin ada yang tidak perasan pun. "Sekarang baru tauuu..." kata Ahmad Nisfu. "Tsunami..." sambut Perdana Menteri.

Terima kasih Pak Anwar kerana menyedarkan Melayu khasnya orang UMNO, dengan harapan jangan lah Pak Anwar pula yang berselimut dengannya. (Kalau tak boleh selimut, kasut boleh? Cuba tanya Dr Ustaz, mana tahu dibolehkan pulak)

Walaupun cara kejut itu nampak macam salah; serupa disimbah air sebaldi, tapi ada hikmah disebaliknya. 

Siapa yang tak marah kena kejut time syok tidur…"kasi potong filem," kata P.Ramlee.

Maka teruskan perjuangan mu dan peranan mu disebalik sana.

Sekian.

Terima kasih.


ajis baca bunyi syair, sudin baca bunyi arab…ramlee…?
Jangan marah haaa...nanti kena jual.
















Al Fatihah buat Pak Sudin
Pelawak veteran S. Shamsudin, 84, meninggal dunia kira-kira pukul 10.30 pagi Selasa 4 June 2013 di Hospital Alexendra, Singapura akibat sakit tua dan paru-paru berair.
Read full post »
 

Copyright © T H E . M A L A Y . P R E S S Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger